Saya merasa akhir-akhir ini teori seleksi alam terimplementasikan dengan sempurna dalam kehidupan pertemanan saya di ibukota. Entah karena sekarang saya hidup di kota yang seringkali terlihat seperti arena pertarungan yang tidak pernah meramah jua seiring dengan waktu.
Ada saatnya ketika saya "meminggirkan" orang-orang yang saya sebut sebagai kenalan, teman, rekan kerja atau apa lah karena prioritas saya yang memang aneh. Kemudian ada saatnya saya yang dipinggirkan oleh kenalan, teman, rekan kerja atau apa lah. Saya seringkali merasa tidak nyaman di dua kondisi itu, baik sebagai pelaku ataupun obyek. Tak pernah menyenangkan untuk meminggirkan orang lain (dengan alasan apa pun) ataupun dipinggirkan oleh orang lain (dengan alasan apa pun).
Kemudian rasanya memang seperti seleksi alam. Yang tidak berusaha lebih mempertahankan eksistensi di rimba belantara sosial pastinya akan terhimpit rentetan peristiwa dan manusia. Yang berusaha tapi tak cukup giat atau tidak berhasil menemukan modus yang tepat untuk itu, tentunya akan tergilas kepedulian yang datang dari kiri dan kanan, depan belakang, barat timur.
Saya teringat teman-teman saya di Bandung. Pertemuan saya dengan mereka maksimal sebulan sekali tapi saya tahu mereka akan tetap di sana, sama ketika saya meninggalkan mereka pindah ke kota ini. Entah mungkin karena saya sudah mengenal mereka selama bertahun-tahun, saya yakin mereka akan ada ketika saya datang. Memang cukup sulit untuk menemui mereka ketika saya berkunjung karena kesibukan proyek ini dan itu tetapi selalu ada rasa yang sama ketika saya menghubungi mengajak bertemu..."Ya ya mari berbagi cerita."
Saya merasa cukup beruntung berhasil menemukan (dan ditemukan) segelintir manusia-manusia dengan frekuensi yang sama. Mereka yang membuat saya bertahan hidup dan tetap waras di sini. Sementara yang tak terjangkau tangkapan frekuensi saya...perlahan memudar dan hilang saling tarik-menarik dengan frekuensi lain. Ketika menyaksikan frekuensi tak cocok memudar, dan saya sadar bahwa pada satu masa semuanya akan hilang, perasaan tidak nyaman itu seringkali merayap masuk ke kepala. Pertanyaannya yang lahir dengan segera adalah: haruskah saya mencoba memutar kepala agar tangkapannya lebih bagus? Haruskah saya berusaha?
Dan jawabannya seringkali sama, saya biarkan mereka memudar dan hilang. Semua orang akan berhasil menemukan kebahagiaan mereka sendiri, dengan ada saya dalam cerita hidup mereka atau tidak, tak akan ada bedanya.
No comments:
Post a Comment