Apa sih yang membuat Bandung begitu berkesan untuk saya? Mengutip dari tulisan saya sendiri di akun lainnya, Bandung adalah sore hari, berjalan kaki sendirian di trotoar dengan daun-daun kering berjatuhan di sela semburat senja.
Saya rindu kesendirian yang damai. Saya ingin kembali bisa merasakan hangat yang merayap pelan-pelan ke lengan yang telanjang; mengusap peluh yang muncul karena berjalan kaki cukup jauh--saat itu--dari Dago atas sampai ke Jl. Merdeka.
Di Jakarta, saya tak bisa menemukan kedamaian macam ini. Entah karena saya memang tak pernah merasa kerasan di kota ini atau karena saya yang tidak mau merusak kenangan saya akan kota berangin sejuk itu. Saya cenderung ingin memertahankan ingatan manis di satu tempat, tidak membuat replikanya di tempat baru.
Akhir pekan kemarin saya pulang, nyaris tidak bernafas karena agenda saya padat luar binasa. Bertemu si A untuk makan siang dan jalan-jalan lalu janji makan malam dengan si B. Pergi dari tempat 1 ke tempat 2, 3, 4 dan seterusnya. Seharian penuh saya di luar rumah. Baru tengah malam, saya bisa duduk dan mengurusi kucing-kucing saya yang sudah bosan menunggu saya pulang.
Tiba di Jakarta nyaris tengah malam, dengan badan nyaris rontok. Saya butuh istirahat lagi. Saya butuh Bandung yang santai, bukan yang macet sesiang bolong dan membuat saya harus berangkat dari pagi hari untuk menyelesaikan semua urusan.
Iya, saya kangen Bandung. Bandung yang tenang di sore hari yang hangat dengan daun-daun berguguran dibawa angin sejuk.
*keluh*
No comments:
Post a Comment